Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 01 Oktober 2023

TIPS KETIKA SAKIT

 



الحمد لله، والصلاه والسلام على رسول الله نبينا محمد واله وصحبه ومن والاه، أشهد أنَ لا إله إِلاَ الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله، أما بعد

Jika kita sakit, kita diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk berobat. Kata Rasulullah:

تَدَاوَوْا يَا عِبَادَ اللَّهِ

“Berobatlah wahai hamba Allah” (HR. Tirmidzi)

Namun ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam masalah yang berhubungan dengan berobat. Apa itu?

1. DIANJURKAN

Berobat adalah perkara yang dianjurkan oleh syariat dan tidak meniadakan sama sekali perintah untuk sabar dengan ketentuan Allah dan ridha dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena yang menganjurkan kita untuk berobat adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تَدَاوَوْا يَا عِبَادَ اللَّهِ

“Hendaklah kalian berobat wahai hamba Allah” (HR. Tirmidzi)

Maka tentu yang Rasullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam anjurkan kepada umatnya itu adalah berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang kita diperintahkan untuk sabar menghadapi ketentuan Allah. Tapi bukan berarti sabar itu diam. Sabar hendaknya disertai dengan adanya usaha.

Ketika kita sakit, kita diperintahkan untuk berusaha mencari kesembuhan dengan cara kita berobat. Sama halnya ketika kita lapar. Lapar adalah takdir, tapi apakah berarti kita sabar saja terus lapar? Tidak! Kita berusaha untuk mencari makan. Nah, berobat merupakan perkara yang dianjurkan oleh syariat.

Lalu mana yang lebih utama antara berobat atau tidak berobat?

Jawab: Yang lebih sesuai dengan sunnah adalah berobat. Walaupun memang para ulama mengatakan apabila ia tidak berobat dan ia lebih memilih sabar, silakan saja. Tapi yang sesuai dengan perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah berobat. Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan.

2. BEROBAT ADALAH WASILAH

Ketika kita berobat, niat kita adalah sebagai mencari usaha kesembuhan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadikan berobat itu sebagai wasilah. Jangan jadikan berobat itu sebagai tujuan.

Maksudnya kita wajib meyakini bahwa yang memberikan kesembuhan hanya Allah. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk berusaha mencari kesembuhan tersebut. Yaitu dengan cara berobat. Adapun kalau kita jadikan berobat sebagai tujuan, terkadang kita menganggap bahwa kesembuhan itu karena berobat.

Memang betul kesembuhan itu diantara sebabnya adalah berobat. Tapi yang paling utama harus kita yakini bahwa kesembuhan itu semuanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makanya Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ﴿٨٠﴾

dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 80)

3. BERSANDAR KEPADA ALLAH

Perkara yang ke-3 yang harus kita yakini bahwa ketika kita berobat hati kita tetap bersandar kepada Allah. Jangan sampai hati kita bersandarnya kepada dokter, jangan sampai hati kita bersandarnya kepada obat. Karena sudah kita sebutkan tadi bahwa yang menyembuhkan adalah Allah. Adapun dokter dan obat adalah wasilah dan sebab.

Terkadang ada orang yang sudah berobat ke dokter, tapi ternyata belum Allah kasih kesembuhan. Dia sudah makan berbagai macam obat, tapi ternyata qadarullah belum diberikan kesembuhan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu saudaraku sekalian, kalau kita berobat tapi hati kita bersandar kepada dokter, maka ini bisa masuk kepada jenis kesyirikan. Kita berobat tapi hati kita bersandar kepada obat, ini juga adalah merupakan salah satu jenis kesyirikan.

4. MENJAGA UCAPAN

Jangan sampai kita mengucapkan kata-kata yang berbau syirik. Contoh ketika kita sembuh  kita berkata, “obat ini yang menyembuhkan saya/dokter yang menyembuhkan saya.” Saya katakan bahwa ini ucapan yang berbau kesyirikan. Karena yang menyembuhkan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Yang tepat) kita katakan, “Allah menyembuhkan saya melalui dokter ini/Allah menyembuhkan saya melalui obat ini.” Semua karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pemberian dariNya. Nah, ini yang benar saudara-saudaraku sekalian.

Terkadang sebagian orang mengucapkan kata-kata yang sebetulnya tidak pantas untuk diucapkan. Seperti mengatakan bahwa dokter yang bisa menyembuhkan, obat bisa menyembuhkan. Kita katakan bahwa yang menyembuhkan secara hakiki hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun obat dan dokter itu adalah hanya sebatas wasilah.

5. SABAR

Jika kita sudah berobat dan kesembuhan belum pula datang, kewajiban kita adalah bersabar dan terus kita bertawakal kepada Allah dan serahkan semuanya kepada Allah. Terkadang ada orang yang sudah berobat, berobat dan berobat tapi kemudian belum diberikan kesembuhan oleh Allah. Lalu yang muncul adalah putus asa. Bahkan na’udzubillah sampai kepada derajat seseorang su’udzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka ini tentu berbahaya sekali akan aqidah dia.

Maka disaat kita belum diberikan oleh Allah kesembuhan, kewajiban kita sabar, kewajiban kita ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

6. BERHARAP PAHALA DAN AMPUNAN

Perkara yang berakhir adalah hendaknya kita berharap pahala di sisi Allah dan ampunan disisiNya. Karena semua penyakit yang menimpa seorang mukmin itu hakikatnya adalah menggugurkan dosa dia dan mengangkat pahala dia. MasyaAllah.. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Tidak ada seorang muslim yang tertimpa cobaan berupa sakit maupun selainnya, melainkan dihapuskan oleh Allah Ta’ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR. Muslim)

Maka ketika kita sakit kita selalu berharap, “mudah-mudahan Allah dengan sakit saya ini, Allah ampuni dosa-dosa saya.” Kita selalu ingat akan dosa-dosa kita. Kita berharap, “mudah-mudahan dengan sakit ini Allah angkat derajat saya. Sehingga saat itu kita bisa lebih kuat kesabaran kita dan lebih ridha dengan ketentuan yang Allah berikan kepada kita.”

Dan jangan lupa saudaraku, kita banyak berdo’a. Berdo’a supaya disabarkan, berdo’a supaya dijadikan hati kita ridha. Makanya diantara perkara yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kepada Allah:

وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ

“Ya Allah aku minta kepada Engkau keridhaan setelah takdir dan ketentuan yang Engkau berikan kepadaku.” (HR. An-Nasa’i dan Ahmad)

Karena memang untuk ridha dengan ketentuan Allah itu butuh keimanan.

Inilah beberapa tips atau beberapa perkara yang hendaknya diperhatikan ketika kita diberikan oleh Allah sakit. Semoga ini bermanfaat buat kita semuanya.

وب الله توفيق، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar