Labels

Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 02 Oktober 2023

Menjadi Remaja yang Rendah Hati dengan Sujud Syukur

 


1. Pengertian Sujud 


Kata sujud dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki dua arti,
 1). berlutut serta meletakkan dahi ke lantai; 
2) pernyataan hormat dengan berlutut serta menundukkan kepala sampai ke tanah. 

Sujud merupakan salah satu rukun yang dikerjakan dalam salat . Sujud dilakukan dua kali pada setiap rakaat salat, yakni setelah rukuk dan duduk di antara dua sujud. 

Meskipun sujud merupakan gerakan di dalam salat, di luar salat ada beberapa sujud yang dianjurkan agar dilakukan oleh seorang muslim, yaitu sujud syukur, sujud sahwi, dan sujud tilawah

Tata cara bersujud disampaikan oleh para ulama dalam kitab-kitab fikih. Sekurang-kurangnya sujud dilakukan dengan meletakkan dahi ke tempat sujud. Sebagian ulama mengatakan bahwa sujud wajib dilakukan dengan tujuh anggota badan, yakni dahi, dua telapak tangan, dua lutut, dan dua ujung jari kedua kaki. 

Sujud juga hendaknya dilakukan dalam posisi pinggul lebih tinggi dari kepala. Ada sebagian pandangan yang menganjurkan bersujud berdasarkan sifat-sifat sujud Nabi saw yang bersumber dari berbagai hadis. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut; 
a. Menempelkan dahi dan hidung di lantai 
b. Meletakkan kedua tangan di lantai sejajar dengan pundak dan telinga 
c. Merapatkan jari-jari tangan dan menghadapkannya ke arah kiblat 
d. Mengangkat kedua lengan serta membentangkan keduanya sehingga jauh dari lambung. Khusus untuk perempuan, ada sebagian ulama yang menyunahkan untuk merapatkan kedua tangannya ke ketiak. 
e. Menempelkan kedua lutut di lantai 
f. Merenggangkan betis dengan paha dan merenggangkan paha dengan perut
g. Meletakkan ujung-ujung kaki dan ditekuk sehingga ujung-ujungnya menghadap kiblat 
h. Merapatkan tumit. 
i. Melakukan semua gerakan sujud dengan sungguh-sungguh.

Secara maknawi sujud berarti tunduk dan merendahkan diri. Maksudnya adalah tunduk dan menyembah kepada Allah Swt. Posisi kepala yang berada di bawah menunjukkan bahwa manusia rendah di hadapan Allah. Orangorang yang bersujud sejatiya mengakui bahwa Allah Swt. adalah Maha Segalanya, sedangkan dirinya kecil dan tidak berdaya.

Pengertian Sujud Syukur

Dalam kehidupan kamu sering menyaksikan seseorang yang bersujud setelah mendengar kabar gembira atau memenangkan suatu perlombaan. Sujud yang mereka lakukan disebut sujud syukur. Sujud syukur yaitu sujud yang sunah dilaksanakan ketika mendapat nikmat dari Allah swt. atau terhindar dari malapetaka. (Ensiklopedi Islam 4. 1994: halaman 288)

Islam mengajarkan umatnya agar bersyukur jika mendapat karunia Allah swt. Sujud syukur merupakan wujud rasa terima kasih kepada Allah swt. atas nikmat yang telah dikaruniakan. Terhindar dari musibah termasuk nikmat atau karunia Allah swt. yang patut disyukuri. Terhindar dari malapetaka tidak terlepas dari kehendak Allah swt. Jika Dia menghendaki kita tertimpa musibah, tidak ada seorang pun yang dapat menghindar.
Dasar pelaksanaan sujud syukur adalah hadis Rasulullah saw. yang berbunyi seperti berikut.
Artinya: Dari Abu Bakrah, bahwasanya Nabi saw. segera bersujud berterima kasih kepada Allah apabila datang kepada beliau sesuatu yang menyenangkan atau kabar gembira. (H.R. Abu Daud dan Tirmizi)

Hukum dan Dalil Sujud Syukur  

Bersyukur kepada Allah Swt. adalah kewajiban kita sebagai hamba-Nya. Sementara itu mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt. dengan  sujud syukur adalah Sunnah.

Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Dari Abu Bakrah, sesungguhnya Rasulullah Saw. apabila mendapat sesuatu yang menyenangkan atau diberi khabar gembira segeralah tunduk sujud sebagai tanda syukur kepada Allah Swt.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, dan at-Turmudzi yang menganggapnya sebagai Hadis Hasan).

Dalam Hadis lain Rasulullah juga bersabda:

Artinya: “Dari „Abdurrahmaan bin „Auf, bahwasannya Rasulullah Saw. bersabda: “Aku bertemu dengan Jibril as., lalu ia memberikan kabar gembira kepadaku dengan berkata: „Sesungguhnya Rabbmu telah berfirman: Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadamu, maka Aku akan mengucapkan shalawat kepadanya. Barangsiapa yang mengucapkan salam kepadamu, maka Aku akan mengucapkan salam kepadanya‟. (Mendengar hal itu), aku pun bersujud kepada Allah karena bersyukur kepada-Nya”. (HR. Al-Hakim dan Al-Baihaqi)

Sebab-sebab Sujud Syukur 

Hal-hal yang menyebabkan seseorang disunnahkan melakukan sujud syukur adalah:  a. Karena mendapatkan nikmat dan karunia dari Allah Swt.

  1. Mendapatkan kabar gembira atau berita yang menyenangkan.
  2. Terhindar atau selamat dari bahaya (musibah) yang akan menimpanya.

Syarat dan Rukun Sujud Syukur 

  1. Syarat Sujud Syukur
    • Suci dari hadas dan najis baik badan, pakaian maupun tempat.
    • Menghadap kiblat sebagaimana shalat, jika mengetahui arah kiblat.
    • Menutup aurat.
  2. Rukun Sujud Syukur
    • Niat, yaitu menyengaja mengerjakan sujud syukur.
    • Takbiratul ihram, dengan membaca “Allaahu akbar”.
    • Sujud, sambil membaca doa sujud syukur.
    • Duduk sesudah sujud (tanpa membaca tasyahud).
    • Salam sesudah bangun dari sujud.
    • Adapun bacaan yang masyhur dibaca ketika sujud syukur adalah:

Artinya:“Wajahku bersujud kepada Allah Zat yang menciptakannya, yang membukakan pendengarannya dengan daya dan kekuatan-Nya. Maha Mulia Allah sebaik-baik Zat Yang Maha Mencipta.”

Untuk mengetahui tata cara sujud syukur, kamu bisa lihat rincian berikut:

  1. Berwudhu
  2. Berdiri menghadap arah kiblat
  3. Membaca niat sujud syukur 

  4. Melakukan gerakan takbiratul ihram
  5. Melakukan gerakan sujud syukur satu kali
  6. Membaca doa sujud syukur dalam posisi sujud 

  7. Duduk seperti di antara dua sujud
  8. Mengucapkan salam seperti oarang selesai salat

Hikmah  Sujud Syukur  

  1. Mengingatkan dan mendekatkan diri kepada Zat yang memberi nikmat dan keselamatan yaitu Allah Swt.
  2. Menghindarkan diri dari sifat sombong, karena apa yang kita peroleh semuanya berasal dari Allah Swt.
  3. Allah Swt. akan menambah nikmat untuk kita, karena orang yang bersyukur akan ditambah nikmatnya.
  4. Sebagai bentuk ungkapan kepasrahan hamba kepada Tuhannya.
  5. Mendapatkan pahala dan di akhirat akan disediakan tempat yang istimewa bagi mereka yang pandai bersyukur.
  6. Membantu membuat badan menjadi sehat dan bugar.

Minggu, 01 Oktober 2023

TIPS KETIKA SAKIT

 



الحمد لله، والصلاه والسلام على رسول الله نبينا محمد واله وصحبه ومن والاه، أشهد أنَ لا إله إِلاَ الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله، أما بعد

Jika kita sakit, kita diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk berobat. Kata Rasulullah:

تَدَاوَوْا يَا عِبَادَ اللَّهِ

“Berobatlah wahai hamba Allah” (HR. Tirmidzi)

Namun ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam masalah yang berhubungan dengan berobat. Apa itu?

1. DIANJURKAN

Berobat adalah perkara yang dianjurkan oleh syariat dan tidak meniadakan sama sekali perintah untuk sabar dengan ketentuan Allah dan ridha dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena yang menganjurkan kita untuk berobat adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

تَدَاوَوْا يَا عِبَادَ اللَّهِ

“Hendaklah kalian berobat wahai hamba Allah” (HR. Tirmidzi)

Maka tentu yang Rasullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam anjurkan kepada umatnya itu adalah berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang kita diperintahkan untuk sabar menghadapi ketentuan Allah. Tapi bukan berarti sabar itu diam. Sabar hendaknya disertai dengan adanya usaha.

Ketika kita sakit, kita diperintahkan untuk berusaha mencari kesembuhan dengan cara kita berobat. Sama halnya ketika kita lapar. Lapar adalah takdir, tapi apakah berarti kita sabar saja terus lapar? Tidak! Kita berusaha untuk mencari makan. Nah, berobat merupakan perkara yang dianjurkan oleh syariat.

Lalu mana yang lebih utama antara berobat atau tidak berobat?

Jawab: Yang lebih sesuai dengan sunnah adalah berobat. Walaupun memang para ulama mengatakan apabila ia tidak berobat dan ia lebih memilih sabar, silakan saja. Tapi yang sesuai dengan perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah berobat. Ini adalah perkara pertama yang harus diperhatikan.

2. BEROBAT ADALAH WASILAH

Ketika kita berobat, niat kita adalah sebagai mencari usaha kesembuhan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jadikan berobat itu sebagai wasilah. Jangan jadikan berobat itu sebagai tujuan.

Maksudnya kita wajib meyakini bahwa yang memberikan kesembuhan hanya Allah. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk berusaha mencari kesembuhan tersebut. Yaitu dengan cara berobat. Adapun kalau kita jadikan berobat sebagai tujuan, terkadang kita menganggap bahwa kesembuhan itu karena berobat.

Memang betul kesembuhan itu diantara sebabnya adalah berobat. Tapi yang paling utama harus kita yakini bahwa kesembuhan itu semuanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makanya Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ﴿٨٠﴾

dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 80)

3. BERSANDAR KEPADA ALLAH

Perkara yang ke-3 yang harus kita yakini bahwa ketika kita berobat hati kita tetap bersandar kepada Allah. Jangan sampai hati kita bersandarnya kepada dokter, jangan sampai hati kita bersandarnya kepada obat. Karena sudah kita sebutkan tadi bahwa yang menyembuhkan adalah Allah. Adapun dokter dan obat adalah wasilah dan sebab.

Terkadang ada orang yang sudah berobat ke dokter, tapi ternyata belum Allah kasih kesembuhan. Dia sudah makan berbagai macam obat, tapi ternyata qadarullah belum diberikan kesembuhan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu saudaraku sekalian, kalau kita berobat tapi hati kita bersandar kepada dokter, maka ini bisa masuk kepada jenis kesyirikan. Kita berobat tapi hati kita bersandar kepada obat, ini juga adalah merupakan salah satu jenis kesyirikan.

4. MENJAGA UCAPAN

Jangan sampai kita mengucapkan kata-kata yang berbau syirik. Contoh ketika kita sembuh  kita berkata, “obat ini yang menyembuhkan saya/dokter yang menyembuhkan saya.” Saya katakan bahwa ini ucapan yang berbau kesyirikan. Karena yang menyembuhkan hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. (Yang tepat) kita katakan, “Allah menyembuhkan saya melalui dokter ini/Allah menyembuhkan saya melalui obat ini.” Semua karunia dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pemberian dariNya. Nah, ini yang benar saudara-saudaraku sekalian.

Terkadang sebagian orang mengucapkan kata-kata yang sebetulnya tidak pantas untuk diucapkan. Seperti mengatakan bahwa dokter yang bisa menyembuhkan, obat bisa menyembuhkan. Kita katakan bahwa yang menyembuhkan secara hakiki hanyalah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun obat dan dokter itu adalah hanya sebatas wasilah.

5. SABAR

Jika kita sudah berobat dan kesembuhan belum pula datang, kewajiban kita adalah bersabar dan terus kita bertawakal kepada Allah dan serahkan semuanya kepada Allah. Terkadang ada orang yang sudah berobat, berobat dan berobat tapi kemudian belum diberikan kesembuhan oleh Allah. Lalu yang muncul adalah putus asa. Bahkan na’udzubillah sampai kepada derajat seseorang su’udzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka ini tentu berbahaya sekali akan aqidah dia.

Maka disaat kita belum diberikan oleh Allah kesembuhan, kewajiban kita sabar, kewajiban kita ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.

6. BERHARAP PAHALA DAN AMPUNAN

Perkara yang berakhir adalah hendaknya kita berharap pahala di sisi Allah dan ampunan disisiNya. Karena semua penyakit yang menimpa seorang mukmin itu hakikatnya adalah menggugurkan dosa dia dan mengangkat pahala dia. MasyaAllah.. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُصِيْبُهُ أَذًى مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ إِلَّا حَطَّ اللَّهُ بِهِ سَيِّئَاتِهِ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرَةُ وَرَقَهَا

“Tidak ada seorang muslim yang tertimpa cobaan berupa sakit maupun selainnya, melainkan dihapuskan oleh Allah Ta’ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR. Muslim)

Maka ketika kita sakit kita selalu berharap, “mudah-mudahan Allah dengan sakit saya ini, Allah ampuni dosa-dosa saya.” Kita selalu ingat akan dosa-dosa kita. Kita berharap, “mudah-mudahan dengan sakit ini Allah angkat derajat saya. Sehingga saat itu kita bisa lebih kuat kesabaran kita dan lebih ridha dengan ketentuan yang Allah berikan kepada kita.”

Dan jangan lupa saudaraku, kita banyak berdo’a. Berdo’a supaya disabarkan, berdo’a supaya dijadikan hati kita ridha. Makanya diantara perkara yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam meminta kepada Allah:

وَأَسْأَلُكَ الرِّضَا بَعْدَ الْقَضَاءِ

“Ya Allah aku minta kepada Engkau keridhaan setelah takdir dan ketentuan yang Engkau berikan kepadaku.” (HR. An-Nasa’i dan Ahmad)

Karena memang untuk ridha dengan ketentuan Allah itu butuh keimanan.

Inilah beberapa tips atau beberapa perkara yang hendaknya diperhatikan ketika kita diberikan oleh Allah sakit. Semoga ini bermanfaat buat kita semuanya.

وب الله توفيق، سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ ، أشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلاَّ أنْتَ ، أسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إلَيْكَ